Dualisme Sepak Bola Di Surabaya
Akar permasalahan dualisme 2 klub Persebaya
Surabaya, yang asli Persebaya
1927 yang aspal Persebaya
yang sekarang udah di ISL gak DU lagi. *eh* karena sepertinya pemberitaan ini
sudah mulai meredup. #MenolakLupa
Jadi gini seperti yang cangcor kutip dari kultwit @Footbalnesia via
chripstory, berhubung tentang Persebaya sedang ramai dibicarakan di media
cetak sampai ke Jakarta, saya akan bahas tentang klub ini. Twit ini jg kami
dedikasikan terhadap legenda Persebaya yang juga hari ini (02 April 2013), 13
tahun yang lalu meninggal di lapangan hijau, Alm Eri Irianto. Untuk mengenang
dan menolak lupa terhadap pemutarbalikan sejarah yang dilakukan oleh La Nyalla
CS, simak twit ini…
Polemik di Persebaya dimulai sejak ISL 2009/2010 dimana
ketika itu Persebaya dipaksa degradasi karena melawan terhadap rezim Nurdin
Halid. Ketika itu, Persebaya didegradasikan juga untuk menyelamatkan Pelita
Jaya yang notabene klub milik Nirwan Bakrie, Wakil Ketua umum PSSI ketika itu.
Ketika pertandingan menyisakan 1x antara Persebaya
menghadapi Persik Kediri, disinilah kecurangan dimulai. Persik Kediri yang
tidak dapat menggelar 3x pertandingan berturut-turut di Kediri dan Jogja,
mestinya harus kalah WO dengan Persebaya. Namun, PT Liga malah menggelar ulang
pertandingan Persebaya-Persik uuntuk keempat kalinya di Palembang.
Persebaya merasa dipermainkan, jadilah Persebaya tak
datang ke Palembang utntuk melakoni pertandingan tersebut. Persik menang, namun
kedua tim tetap terdegradasi.
Reaksi keras muncul dari Surabaya. Memang ketika itu
Persebaya sengaja didegradasikan karena melawan rezim Nurdin dan yang bikin
pecinta bola geram adalah ketika Pelita Jaya terselamatkan dari degradasi
karena Pelita ini notabene klub milik NDB. Ketika itulah timbul perlawanan
untuk melawan rezim Nurdin yang berkuasa. Langkah awalnya adalah dengan
menggelar beberapa terobosan.
Terobosan pertama adalah pertandingan eksebisi antara
Garuda Merah dan Garuda Putih yang digelar di Surabaya dan Malang, lumayan
sukses. Hingga akhirnya lahirlah LPI pada akhir 2010 dengan 20 klub termasuk 5
dari ISL yakni Persebaya, Arema, Persema, Persibo, dan PSM. Namun, pada akhir
2010 itu pula, Nurdin Halid mulai mengancam klub yang ikut LPI dengan
dikeluarkan dari PSSI. Namun 5 klub tetap kukuh.
Ketika LPI mulai mengagendakan beberapa uji coba, Nurdin
Halid mengirim surat kepada Wisnu Wardhana, ketua DPRD Surabaya asal Demokrat.
Surat itu berisikan bahwa BLI dan PT Liga menunggu kesiapan Persebaya utk
berlaga di Divisi Utama LI 2010/2011. Gayung bersambut, Wisnu menghubungi
Wastomi yang merupakan tokoh YSS (Yayasan Suporter Surabaya) untuk membentuk
Persebaya DU.
Padahal, Persebaya sendiri sudah mulai bersiap utk
menghadapi LPI yg akan kick off di Januari 2011, Wastomi tetap kukuh bentuk
Persebaya DU. Manajemen Persebaya DU kemudian dibentuk dalam sekejap mata,
berisi Wisnu, Wastomi, dan beberapa orang La Nyalla dan YSS. Karena waktu
sangat telat untuk membentuk kerangka tim, Wisnu dan Wastomi kemudian membajak
pemain Persikubar Kutai Barat.
Persikubar ini sebelumnya adalah tim DU yang sementara
bermarkas di Stadion Angkatan Laut Bumimoro Surabaya, pemain-pemainnya anak
buah Vigit. Karena Persebaya DU ini juga dapat restu Vigit, akhirnya dipakailah
juga pemain-pemain yang masuk dalam kartel mafia Vigit Waluyo-Wastomi Suhari.
Launching tim Persebaya DU pun dilakukan sederhana di
Balai Pemuda Surabaya dengan diselingi dangdut. Namun, karena peranan Wisnu
sangat besar, Persebaya DU telah dapat ijin tanding terlebih dahulu dari
kepolisian Surabaya. Ini yang menyebabkan pertandingan eksebisi LPI antara
Persebaya lawan Indo-Holland tidak diperbolehkan pakai nama Persebaya.
Sehingga, Persebaya akhirnya berganti nama menjadi Persebaya 1927 dalam
mengarungi kompetisi LPI yg akhirnya jadi juara paruh musim.
Di akhir musim, prestasi Persebaya DU justru merosot
menjadi degradasi karena memainkan pemain ilegal melawan Perseru Serui.
Persebaya DU memainkan Sulkhan Arif yg seharusnya akumulasi. Sesuai peraturan,
seharusnya Persebaya DU degradasi ke Divisi I. Oh iya, Arema dulunya adalah
salah satu kontestan LPI, namun mundur setelah gerbong Abriadi CS tak diikutkan
M. Nur di fase berikutnya.
Ketika rezim berganti, polemik kembali terjadi. Persebaya
DU yang harusnya merger dengan Persebaya 1927 malah tak mau dan menarik diri.
Mengapa? Karena merger ketika itu sangat tidak menguntungkan Persebaya DU yang
sudah berganti milik La Nyalla, dkk.
Persebaya DU didomplengi oleh perusahaan bernama PT Mitra
Muda Inti Berlian dengan CEO Diar Kusuma, anak buah LNM. PT MMIB ini dahulunya
adalah perusahaan kontraktor, namun entah kenapa berbalik arah di th 2011
menjadi perusahaan jasa atau olahraga. Sedangkan Persebaya 1927 dimiliki oleh
PT Persebaya Indonesia yg dikelola oleh PT Pengelola Persebaya Indonesia
(Konsorsium MBI), dan dari 30 klub anggota (internal) Persebaya, pecahlah
menjadi 23 dukung Persebaya 1927, 7 klub dukung Persebaya DU.
Saya masih ingat ungkapan Ferryl Raymond Hattu (pembina
klub internal Persebaya) bahwa sampai kapanpun klub anggota tetap dukung
Persebaya 1927. Hingga pada akhirnya di tahun 2011, 23 anggota klub internal
Persebaya menandatangani kesepakatan bahwa akan mendukung Persebaya 1927.
Persebaya tetap eksis di IPL, sementara Persebaya DU yg
mestinya degradasi ke Div-I tiba-tiba muncul lagi di DU PT LI. Lucu hehe… Usut
punya usut, ternyata manajemen Persebaya DU telah banyak berubah. Hampir
kesemuanya adalah orang-orang La Nyalla. Untuk menarik minat suporter, La
Nyalla menjanjikan saham sebesar 2% (kalau saya tidak salah) kepada YSS.
Mengapa YSS? Karena YSS buatan LNM. La Nyalla juga mensubsidi YSS agar jadi
suporter dan dukung Persebaya DU sekaligus dirinya agar lancar kudeta PSSI.
Itulah mengapa para “prajurit” dan loyalis La Nyalla yang
tergabung di YSS seperti Khamim lebih mendukung Persebaya DU. Karena ada duit!
Hehe. Terlebih ketika orang-orang LNM ada di manajemen Persebaya DU seperti
Bambang Pramukanturo, Diar, Gangsar Yudi, dll.
Sementara Persebaya 1927 malah berhasil tanding lawan
beberapa tim internasional. Yang paling gres tentu saja lawan QPR. Saya sempat
mendengar bahwa beberapa elemen suporter Bonek membuat perjanjian untuk hanya
mendukung Persebaya 1927 di IPL di tahun 2011. Namun entah mengapa YSS dan PFC
tak setuju dengan perjanjian tersebut. Dari sini saja sudah kelihatan belangnya
hehe.
Di tahun ini, Persebaya DU dijanjikan dan hampir pasti
akan promosi ke ISL bersama PSIS Semarang. Sudah bisa diprediksi hehe. Itu akan
menjadi akar kuat La Nyalla dalam menyebut Persebaya DU adalah Persebaya asli.
Solusinya: lawan! Ini penghapusan sejarah namanya.
Demikian kultwit tentang Persebaya 1927 dan Persebaya DU yg abal-abal, semoga
dapat mencerahkan. Terima kasih, sekian.
Nah, di situ kan Persebaya (Aspal) di sebut Persebaya DU
karena memang dulunya klub tersebut bermain di Divisi Utama, tapi sekarang klub
tersebut sudah “naik pangkat” ke ISL, sementara perkembangan dari Persebaya
1927, pemainnya mreteli satu-satu per satu. Cukup wajar menurut cangcor kalo
mreteli, karena para pemain juga butuh uang untuk hidup, sementara belum ada
kejelasan dari Persebaya 1927 soal klub. Ada juga pemain Persebaya 1927 yang
seleksi ke Pesebaya ISL, miris kalau dipikir-pikir, tapi mau bagaimana lagi.
Terakhir, Bonek menggelar acara “Doa Bersama Untuk Kebanggaan” di Stadion
Gelora 10 Nopember, Tambak Sari. Kalo para pemerintahan, tidak bisa mendengar
jeritan hati Bonek, Allah pasti bisa mendengar dan Allah pasti tidak akan diam
jika ada pendzaliman semacam itu. Amin.
POKOK'E SING JENENGE BONEK IKU NGERTI SING
ENDI SING KUDU DIBELANI AMBEK SING ENDI SING KUDUNE DILAWAN! SALAM SIJI NYALI!
WANI!
Comments
Post a Comment